Holland berasal dari istilah Belanda abad pertengahan "holtland (tanah berpohon-pohon)". Kemudian nama ini disederhanakan menjadi Holland.
Kata Holland biasa digunakan untuk menyebut satu kesatuan Kerajaan Belanda. Padahal penyebutan Belanda dengan kata Holland adalah kurang tepat karena Holland itu sendiri adalah bagian dari Propinsi Belanda yang terletak di sebelah barat negara tersebut. Pada abad ke-17 propinsi ini merupakan wilayah yang paling berkembang dan merupakan kekuatan ekonomi dan maritim yang mendominasi negara Belanda terhadap propinsi-propinsi lainnya, sehingga nama Holland menjadi sangat terkenal untuk menyebut negara ini. Saat ini Propinsi Holland tersebut terbagi menjadi dua propinsi yaitu Holland Utara (Noord-Holland) dan Holland Selatan (Zuid-Holland).
Nama resmi negara Belanda adalah Nederland (Bahasa Inggris: Netherlands) yang secara harfiah artinya adalah ‘tanah rendah’. Dalam Bahasa Belanda Neder artinya rendah, land artinya daratan, tanah.
Meskipun Nederland adalah nama resmi negara Belanda, tapi nama Holland lebih populer dibandingkan Nederland, sehingga kedua istilah ini mengandung maksud yang sama
.
Kata Holland biasa digunakan untuk menyebut satu kesatuan Kerajaan Belanda. Padahal penyebutan Belanda dengan kata Holland adalah kurang tepat karena Holland itu sendiri adalah bagian dari Propinsi Belanda yang terletak di sebelah barat negara tersebut. Pada abad ke-17 propinsi ini merupakan wilayah yang paling berkembang dan merupakan kekuatan ekonomi dan maritim yang mendominasi negara Belanda terhadap propinsi-propinsi lainnya, sehingga nama Holland menjadi sangat terkenal untuk menyebut negara ini. Saat ini Propinsi Holland tersebut terbagi menjadi dua propinsi yaitu Holland Utara (Noord-Holland) dan Holland Selatan (Zuid-Holland).
Nama resmi negara Belanda adalah Nederland (Bahasa Inggris: Netherlands) yang secara harfiah artinya adalah ‘tanah rendah’. Dalam Bahasa Belanda Neder artinya rendah, land artinya daratan, tanah.
Meskipun Nederland adalah nama resmi negara Belanda, tapi nama Holland lebih populer dibandingkan Nederland, sehingga kedua istilah ini mengandung maksud yang sama
.
Jika kita bertanya, mengapa masyarakat di Nusantara menyebut Nederland sebagai Belanda? Mungkin orang Nederland sendiri akan bingung menjawabnya…
Sebelum kita menjawab pertanyaan itu, mari kita kembali membuka sedikit lembaran sejarah, 360 tahun yang silam…
Mudzakarah Ulama se-rumpun Melayu
Tidak jauh dari kota Palembang, tepatnya di sekitar daerah Pagar Alam, pada tahun 1650 M (1072 H), pernah berkumpul sekitar 50 alim ulama dari berbagai daerah, seperti dari Kerajaan Mataram Islam, Pagaruyung, Malaka dan sebagainya.
Tokoh utama pertemuan itu, adalah Syech Nurqodim al Baharudin (Puyang Awak), salah seorang cucu dari Sunan Gunung Jati. Trahnya adalah melalui puterinya Panembahan Ratu, yang menikah dengan Danuresia (Ratu Agung Empu Eyang Dade Abang).
Hasil dari Mudzakarah Ulama abad ke-17, yang dipelopori oleh Syech Baharudin, antara lain:
1. Memunculkan perluasan dakwah. Dengan demikian, paham animisme yang masih berkembang di masyarakat semakin berkurang dan terkikis.
2. Munculnya kader-kader yang mengadakan perlawanan terhadap penjajah Eropa.
Dari peristiwa Mudzakarah inilah, munculnya istilah Belanda sebagai sebutan bagi bangsa Netherland, yang menjadi penjajah ketika itu. Adapun makna kata Belanda, berasal dari kata belahnde (belah = memecah, nde = keluarga). Dan dengan menyebarnya, istilah Belanda ke seluruh pelosok Nusantara, menjadikan bukti bahwa hasil Mudzakarah tahun 1650M telah menjadi “Konsensus Nasional“.
Sementara disekitar tempat terjadinya peristiwa Mudzakarah, dinamai semende, yang bermakna satu keluarga (seme = same = sama = satu; nde = keluarga), yang merupakan lawan dari kata Belanda.
Sebelum kita menjawab pertanyaan itu, mari kita kembali membuka sedikit lembaran sejarah, 360 tahun yang silam…
Mudzakarah Ulama se-rumpun Melayu
Tidak jauh dari kota Palembang, tepatnya di sekitar daerah Pagar Alam, pada tahun 1650 M (1072 H), pernah berkumpul sekitar 50 alim ulama dari berbagai daerah, seperti dari Kerajaan Mataram Islam, Pagaruyung, Malaka dan sebagainya.
Tokoh utama pertemuan itu, adalah Syech Nurqodim al Baharudin (Puyang Awak), salah seorang cucu dari Sunan Gunung Jati. Trahnya adalah melalui puterinya Panembahan Ratu, yang menikah dengan Danuresia (Ratu Agung Empu Eyang Dade Abang).
Hasil dari Mudzakarah Ulama abad ke-17, yang dipelopori oleh Syech Baharudin, antara lain:
1. Memunculkan perluasan dakwah. Dengan demikian, paham animisme yang masih berkembang di masyarakat semakin berkurang dan terkikis.
2. Munculnya kader-kader yang mengadakan perlawanan terhadap penjajah Eropa.
Dari peristiwa Mudzakarah inilah, munculnya istilah Belanda sebagai sebutan bagi bangsa Netherland, yang menjadi penjajah ketika itu. Adapun makna kata Belanda, berasal dari kata belahnde (belah = memecah, nde = keluarga). Dan dengan menyebarnya, istilah Belanda ke seluruh pelosok Nusantara, menjadikan bukti bahwa hasil Mudzakarah tahun 1650M telah menjadi “Konsensus Nasional“.
Sementara disekitar tempat terjadinya peristiwa Mudzakarah, dinamai semende, yang bermakna satu keluarga (seme = same = sama = satu; nde = keluarga), yang merupakan lawan dari kata Belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar anda disini >